Seruan.id - Kisah ini bermula dari enam polisi Korps Brigade Mobil Kepolisian (Brimob) Satgas Amole memutuskan cari penghasilan tambahan dengan berjualan rokok di Pos RCTU Mile 72, Mimika, Provinsi Papua. Pada Sabtu (27/11) petang waktu setempat, 20 tentara dari Satgas Nanggala Kopassus berkunjung ke “kios” itu, bermaksud melarisi dagangan para polisi.
Ternyata aktivitas perdagangan antar aparat ini malah berujung petaka. Para tentara protes karena harga rokok yang dibanderol polisi terlampau mahal. Adu mulut terjadi, berlanjut baku hantam. Proses jual-beli rokok berubah jadi jual-beli serangan dengan lima polisi luka-luka sebagai hasil transaksinya.
Ceritanya tidak hanya sampai situ. Pertikaian berubah horor ketika anggota Brimob yang terluka enggak terima dan minta bantuan rekan-rekannya memburu para tentara pengeroyok. Sekelompok polisi kembali ke lokasi kejadian untuk mencari barak tentara di sekitar, sembari melepaskan tembakan ke udara. Teriakan “Mana kau, mati kau!” beserta tembakan terekam kamera dan viral di media sosial.
Kabid Humas Polda Papua Ahmad Musthofa mengonfirmasi kebenaran insiden itu. Lewat keterangan tertulis kepada awak media, Ahmad menyebut kelompok tentara mengeroyok menggunakan benda tumpul dan tajam, meski tidak merinci lebih lanjut apa senjata yang dimaksud. Menggunakan template “salah paham”, Ahmad mengatakan kini situasi sudah kondusif.
Ahmad menyebut pihaknya sedang melakukan proses penindakan disiplin terhadap masing-masing anggota yang terlibat perkelahian. Janji penindakan juga diucap Panglima TNI Andika Perkasa yang mengaku sudah berkoordinasi dengan Polri untuk menelusuri kasus dan menindak para anggota yang terlibat.
Bentrok antara polisi dan tentara di Papua sebelumnya pernah terjadi pada April 2020 di Mamberamo Raya. Waktu itu situasinya lebih mengerikan. Kedua institusi keamanan tersebut dilaporkan terlibat baku tembak, menyebabkan tiga polisi meninggal dunia.