Malaysia akan Hentikan Penggunaan Vaksin Sinovac, Mengapa?
Seruan.id - Pemerintahan
Negara Malaysia menyatakan bahwa untuk program vaksinasi nasional Covid-19 di Negara
jiran tersebut selanjutnya mereka akan menghentikan penggunaan vaksin produksi
China, yaitu vaksin Sinovac.
Mengutip dari Reuters, pada jumpa pers pada Kamis (15/7), Adham Baba selaku
Menteri Kesehatan Malaysia, memberikan alasan dari penghentian penggunaan
Sinovac di Negara Malaysia disebabkan NegeriNya masih memiliki jumlah pasokan
vaksin lain yang cukup untuk program vaksinasi nasional.
Maka dari itu, sambungnya, penggunaan vaksin Sinovac hanya akan dilakukan
hingga suplainya habis.
Adham juga menuturkan hingga saat ini Negara Malaysia semakin banyak
menggunakan vaksin jenis mRNA buatan Pfizer-BioNTech.
"Bagi mereka yang belum divaksinasi, mereka akan menerima vaksin
Pfizer," Ucap Adham.
Sejauh ini diketahui, Malaysia sendiri telah mengantongi 12 juta dosis vaksin
Sinovac yang akan cukup untuk menginokulasi 18,75 persen populasinya.
Sementara itu, mengutip dari kantor berita Malaysia, Bernama, memberitakan
seiring dari perkembangan yang terjadi saat ini, di negara Malaysia sendiri
akan berhenti menggunakan Sinovac dan menggantinya dengan Pfizer pada akhir
Juli ini.
Dikutip dari The Star, Direktur Departemen Kesehatan Kelantan Zaini Hussin,
menyebutkan, "Mulai Minggu (18 Juli), semua pusat vaksinasi di Kelantan
hanya akan diberikan vaksin Sinovac dosis kedua yang cukup [sesuai pasokan
tersisa]."
Zaini juga menuturkan tidak akan ada lagi dosis pertama Sinovac yang diberikan
mulai per tanggal 13 Juli lalu.
Pada penganggulangan pandemi Covid di Malaysia, pemerintah negara jiran
tersebut sebelumnya menyatakan menggunakan vaksin yang disetujui adalah
Sinovac, AstraZeneca, CanSino Biologic China, dan vaksin Janssen dari Johnson
& Johnson.
Negara Malaysia juga berencana pada Jumat mendatang akan mengumumkan
keputusannya tentang apakah akan menambahkan vaksin Sinopharm China.
Berdasarkan data yang telah dimiliki, Negara Malaysia sendiri memiliki 880.782
kasus dan 6.613 kematian sejauh ini, hal tersebut membuat Negara Malaysia
memiliki salah satu tingkat infeksi per kapita tertinggi di Asia Tenggara.
Sebagai informasi, pengumuman Malaysia mulai berhenti menggunakan vaksin jenis
Sinovac tersebut keluar di tengah meningkatnya kekhawatiran dunia atas
penularan virus corona varian-varian baru, terutama Delta.
Tidak hanya Negara Malaysia, Thailand pun mengikut pada pekan ini menyatakan
akan menggunakan vaksin AstraZeneca sebagai suntikan dosis kedua bagi mereka
yang sebelumnya pada dosis pertama diinjeksi Sinovac.
Kemudian di Indonesia, pemerintah RI memutuskan untuk selanjutnya akan menyuntikkan
dosis ketiga vaksin sebagai booster bagi tenaga kesehatan (nakes) yang telah
mendapatkan dua dosis Sinovac. Booster yang akan dipakai adalah produksi
Moderna.
Sementara itu, seperti dilansir Antara, Pemerintah China sendiri memastikan
pihaknya akan terus mementingkan keamanan dan efektvitas vaksin yang diproduksi
perusahaan Sinovac dan Sinopharm pada penanggulangan Covid-19. Apalagi, pada
beberapa waktu terakhir bermunculan laporan-laporan yang mempertanyakan
efektivitas dari vaksin COVID-19 buatan negara itu.
"Pihak China secara konsisten mementingkan keamanan dan efektivitas
vaksin. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyetujui penggunaan darurat
vaksin CoronaVac yang dibuat oleh Sinovac, hal itu secara penuh membuktikan
keamanan dan efektivitas CoronaVac," ucap Yi Fanping selaku Konselor
bidang Sains dan Teknologi Kedutaan Besar China di Jakarta, Kamis.
Yi Fanping juga menjelaskan bahwa hingga 28 Juni lalu, vaksin CoronaVac telah
mendapatkan persetujuan penggunaan darurat oleh lebih dari 50 negara dan
kawasan di dunia, sementara penyuntikan vaksin CoronaVac secara global telah
mencapai 75 juta dosis.
"Data penelitian tersebut sampai sekarang menunjukkan keamanan dan
kemanjuran yang tinggi CoronaVac terhadap pencegahan paparan virus SARS-CoV-2
dan pengendalan pandemi," lanjut Fanping.