Oleh Rio Friyadi, Pengamat Politik Millennial
Seruan.id- Entah kenapa, Indonesia hari ini disibukkan dengan aksi rebut-rebutan. Masih terngiang kasus seorang vokalis gambus yang diduga punya hubungan spesial dengan suami orang yang tidak lain adalah keyboardisnya sendiri. Disinyalir, hubungan spesial tersebut mengantarkan hubungan pernikahan sang keyboardis dan istri berakhir dimeja Pengadilan Agama. Peristiwa ini menghasilkan dampak yang ckup besar dimana kata “pelakor” semakin tren menghiasi linimasa.
Selesai soal grup gambus,datanglah kasus asmara yang lebih menghebohkan. Kali ini putera bungsu Presiden RI menjadi actor utama. Sang Putra Mahkota yang baru menjalin hubungan dengan seorang wanita harus menghadapi cemoohan netijen lantaran unggahan orang tua sang mantan di media sosial. Konon katanya si ortu menagih janji si putra mahkota untuk menikahi puterinya, eh malah bergandengan dengan yang lain. Sang Putera Mahkota pun angkat bicara bahwa sudah mengakhiri hubungan sang mantan beberapa bulan lalu. Malang tak dapat diraih, mujur tak dapat ditolak si ortu mantan akhirnya melunak dan harus merelakan gagal jadi besan presiden.
Dua kasus diatas menampakkan sebuah kerumitan yang hakiki pada hubungan asmara di Indonesia. Benarlah jodoh itu adalah rahasia ilahi. Apa yang digenggam belum tentu itu yang dimiliki. Ini menjadi ujian bagi yang belum menjalani hubungan asmara ataupun bagi yang baru menjalani. Sekalipun sudah “bak raso bibia ditapi cawan” kalaulah Yang Maha Kuasa mengatakan tidak berjodoh ya tidak akan pernah bisa bersatu.
Lain kasus anak presiden, lain pula yang terjadi pada anak mantan presiden. Belum genap setahun menjadi pimpinan partai yang didirikan ayahnya, Sang Putera Mahkota pun harus menghadapi pil pahit melihat adanya upaya orang lain merebut kepemimpinannya. Sekarang sang putera mahkota harus disibukkan dengan meyakinkan kader-kadernya untuk tidak berpaling kelain hati dan sehidup semati dengannya (auto lebay bagian ini 😅😅). Bukanlah perkara mudah bagi sang putera mahkota karna lawannya adalah orang istana yang lagi berkuasa. Pedih memang, semudah itu merebut partai yang sudah dibesarkan oleh sang ayah mantan presiden dua periode.
Saya pun mencoba merenungi apa yang terjadi pada Indonesia hari ini? Dua anak Presiden tersandung masalah rebut-rebutan. Hanya bedanya yang satu masalah asmara, satunya lagi soal partai politik. Yang bermasalah dengan asmara bisa saja tetap happy-happy karna belum diikat janji suci, yang iba kita putera mahkota yang direbut kekuasaannya. Rasa hampir tak percaya senior-senior yang bergandengan sang ayah membesarkan partai mengkkhianati dirinya.
Perenungan penulispun akhirnya jatuh pada kekhawatiran amat dalam pada nasib jomblo yang lagi berjuang dengan cintanya. Bagaimana tidak, rentetan kasus diatas memberikan kecemasan yang amat sangat kalau sang jomblo tak mampu membentengi dirinya keimanan dan kewarasan. Sedang yang sudah digenggam saja masih bisa direbut orang lain, bagaimana mungkin bisa mempertahankan sesuatu yang jauh dari genggaman. Rasa harap memetik bunga yang sudah ditanam dan dipupuk, apalah daya bunga dipetik orang lalu.
Tapi sekalipun demikian, Allah sudah gariskan jodoh terbaik untuk tiap-tiap hambaNya. Tak perlu ada kerisauaan bagi orang beriman dan berhusnudzan kepada Allah SWT. Tetap kokoh dalam perjuangan cintanya, jangan pernah lampaui syariat yang sudah ditetapkan, semoga ada cerita indah menghampiri pada tahun ini. Ingat mblo, partai boleh saja direbut, anak calon mertua jangan!!