Oleh : Melsa Novelina |
Kemarin saya menemukan sebuah poster laki-laki mencium laki-laki. Duyuno "French Kiss"? Nah, seperti itu adegannya. Lengkap dengan ekspresi dan mimik wajah yang mendebarkan.
Ketika berselancar di sosial media kembali lagi saya menemukan foto perempuan yang mencium area eksotis perempuan lainnya. Semua ditampilkan secara gamblang tanpa sensor sedikitpun. Mendadak saya jadi mual dan kepalaku terasa berputar. Absolutely, aku jijik!
Teringat dua tahun yang lalu, ketika dinas di salah satu rumah sakit merawat seorang laki-laki muda usia 29 tahun menderita kanker anus dengan HIV positif.
Singkat cerita, ternyata doi seorang homoseksual aktif. Meskipun pada akhirnya meninggal, tapi ketika istrinya dianjurkan tes hasilnya positif juga. Padahal istrinya baik dan taat, shock bukan main.
Ada yang berpendapat bahwa homoseksual adalah genetik, jadi kenapa harus dipermasalahkan? Perlu diketahui bahwa homoseksual BUKANLAH GENETIK. Tidak ada satupun penelitian yang menemukan gen pembawa homoseksual.
Lagibete itu bukanlah penyakit tapi KELAINAN SEKSUAL, MENULAR dan MERUSAK. Penyebabnya adalah faktor EKSTERNAL.
Jika kita telusuri, ada banyak yang menyebabkan seseorang itu menjadi gay/lesbi. Bisa karena trauma masa kecil ( pernah disodomi, broken home, kelalaian orang tua dalam pengasuhan) atau karena pelarian ( depresi, merasa sendiri, patah hati, frustasi) dan yang lebih mudah lagi adalah pengaruh media sosial.
Tayangan yang berbau homoseksual yang secara terus menerus dilihat oleh anak-anak akan menanamkan pada pikiran mereka bahwa hal itu adalah wajar.
Homoseksual itu normal kok, selama mereka tidak menggangu kita ya aman saja. Itu salah satu suara dari pemikiran liberal.
Siapa bilang normal? Fitrahnya diingkari. Sulitnya mereka mencari sesama homo nya bahkan kadang kalau udah ketemu diincer terus.
Beberapa kasus ketika ada pasangan gay/ lesbinya tobat itu cemburu nya bukan kepalang. Ada yang sampai dibunuh, dicincang, dimutilasi karena cemburu nya telah memuncak.
Mereka sulit mencari sesama mereka, makanya kalau sudah dapat tidak mau dilepaskan. Bahkan mereka punya komunitas yang saling menguatkan sesama mereka, kalau ada yang berniat tobat ditarik kembali.
Ini terjadi pada mereka yang sudah berumah tangga sekalipun. Jalan dengan perempuan dikira tobat, jalan dengan laki-laki dicemburui.
Kalau itu memang penyimpangan dan kelainan seksual apakah bisa disembuhkan? Yah, may be. But it's not 100% guarantee.
Banyak yang sudah menjalani terapi dan pengobatan untuk kembali pada fitrah nya tapi banyak juga yang pada akhirnya kembali pada penyakit nya.
Jangan dikira mudah menyembuhkannya. Sulit. Candu nya lebih kuat daripada narkoba. Yang jelas data dan fakta menunjukkan angka lagibete makin hari makin melonjak. So, Apakah upaya penyembuhan adalah solusi untuk menekan angka yang kian melonjak itu?
Ini adalah fenomena yang harus kita tangisi. Karena anak-anak kita telah diekspos untuk itu, terhadap norma yang mereka dilarang memandang buruk tentang hal tersebut.
Bahkan dibeberapa negeri, telah dimasukkan ke dalam silabus sekolah yang mengajarkan bahwa mereka harus menganggap orang-orang tersebut sangat normal dan tidak akan jadi masalah.
Inilah yang telah mereka ajarkan dan dipaksakan juga kepada anak-anak kaum muslimin di beberapa negara.
Saat ini sudah ada 16 negara yang melegalkan perkawinan sejenis. Bisa kita bayangkan apa yang terjadi hingga 20 generasi mendatang? Bobroknya perilaku ini bahkan babi pun masih mencari betina untuk kawin.
Lalu kita manusia? Dimana akal? Rusaknya moral anak bangsa, terkikisnya keimanan dan rasa kemanusiaan, penyakit-penyakit aneh kian merebak, punahnya ras manusia, lalu setelah itu mungkin akan terjadi lagi hujan batu seperti azab yang Allah turunkan kepada kaum sodom.
Apa petaka seperti ini yang mau kita tunggu?
Menjamurnya kasus lagibete yang mestinya dibumi hanguskan masih menjadi PR besar di negeri ini. Sulitnya mencari solusi apalagi kita hidup di zaman sekuler yang berkiblat pada Barat dan pemikiran liberal yang mendewakan kebebasan.
Belum lagi gempuran internet dan lemahnya pengawasan orang tua terhadap apa-apa yang diakses oleh anaknya. Pemerintah pun seperti lepas tangan dengan tanpa memberikan perhatian dan sanksi tegas bagi pelaku.
Negara seolah ikut mengaminkan fenomena ini. Lihat saja iklan-iklan di TV yang memperagakan sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ayah dan anak atau ibu, ibu dan anak.
Secara langsung mereka telah mengkampanyekan ketidaknormalan ini untuk diterima dan membuat kita menjadi terbiasa. Bahkan tak sedikit yang menjadikannya lelucon dan bahan tertawaan. Padahal tegas Allah melaknatnya.
Kenapa Islam begitu keras menentang perbuatan semacam ini? Bahkan hukumannya jelas bagi yang terbukti homoseksual akan dijatuhkan dari gedung tertinggi di negeri itu.
Konsekuensi seperti ini akan membuat mereka berpikir seribu kali sebelum menjatuhkan diri pada kubangan lagibete. Memberikan jera sebelum terjadi.
Bukan hanya Islam tapi seluruh agama samawi mengharamkannya. Dalam kitab Injil perjanjian lama malah dihukumi untuk dibunuh. Begitu rusaknya manusia meletakkan fitrahnya lebih rendah dan hina daripada hewan.
Jika lah kita mau diatur oleh Sang Maha Pengatur, jika lah kita mau mempertimbangkan isi Al-Qur'an niscaya selesai semua penyakit sosial di masyarakat termasuk penyakit komunitas yang menular ini. Bukankah Islam telah mempunyai upaya preventif yang ketat?
Sedari dini kita sudah diperintahkan untuk memisahkan kamar anak laki-laki dan perempuan, batas-batas aurat antara sesama laki-laki dan sesama perempuan, semua diatur oleh sistem pergaulan dalam Islam untuk menghindari interaksi yang salah sesama manusia. Hanya hukum Islam yang mampu memberikan sanksi yang tegas dan solusi yang cerdas setiap permasalahan manusia di muka bumi ini.
Kita hidup di zaman yang kita perlu mengerti keadaannya. Betapa sulit menjadi laki-laki di zaman ini. Karena yang ganteng, sukanya sama yang ganteng juga. Banyak juga sukanya sama yang jenggotan, karena adem katanya. Untuk itu para Ikhwan, hati-hati kalau mau Selfi. Nanti jadi koleksi trus malam nya di murojaah sama mereka