SERUAN – Jumlah sampah plastik di laut saat ini sudah mengkhawatirkan. Dilansir dari merdeka.com bahwa studi terkini menyebutkan penambahan volume sampah plastik berada pada angka 8 juta per tahunnya. Dan ironisnya 5 dari 10 Negara di Dunia penyumbang sampah plastik terbanyak berasal dari Asia Tenggara.
Hal tersebut disampaikan oleh Teknikal Advisor Management UNDP
Indonesia, Abdul Wahid Situmorang.
“Lima dari 10 Negara penyumbang kebocoran sampah plastik tersebut
berasal dari Asia Tenggara termasuk Indonesia” ujarnya.
Salah satu penyebab utama dari melonjaknya jumlah sampah plastik saat
ini adalah fenomena belanja terutama belanja online yang sangat marak di era pandemi
ini. Direktur Jenderal Perlindungan Konsumen dan Tertib Niaga Kementerian
Perdagangan, Veri Anggrijono menyampaikan bahwa saat ini butuh pembahasan yang
serius dalam mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Menurut Veri dengan banyak berubahnya proses belanja menjadi online
menyebabkan pemakaiaan plastik lebih banyak dari sebelumnya. Hal tersebut
dikarenakan baik penjual maupun pembeli sama-sama ingin memastikan kualitas
produk terutama makanan terjaga kerbersihannya dan terhindar dari paparan virus
corona.
“Ini hal dilematis, satu sisi fenomena tersebut adalah bagian dari upaya
menghindari virus, disisi lain memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungan”
ungkapnya.
Maka sebab itu menurut Veri fenomena ini perlu dibahas lebih lanjut oleh
lintas sektor untuk mencari solusi permasalahan ini. Karna masalah ini tidak
hanya bisa dientaskan oleh regulator saja, harus dipikirkan caranya bagaimana
produk yang bertebaran tetap aman namun menekan angka jumlah sampah plastik.
"Ini yang perlu kita bicarakan bersama. Semua kami harapkan dalam rangka mencari solusi yang terbaik agar konsumen menerima barang dengan baik dan aman, namun tidak merusak lingkungan," kata dia.