Deretan Fakta Mengapa Blackberry Gagal Bersaing Mengikuti Langkah Nokia
Teknologi, Seruan.id - Pada tahun 2000 silam, ponsel dengan merk Blackberry pertama kali diluncurkan oleh perusahaannya dengan nama Blackberry 957 dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi di perusahaan tersebut.
Seiring bertambahnya waktu, Blackberry pun terus memuncak di kalangan pengguna telepon gemgam. Bahkan pada tahun 2008 lalu, Blackberry memasuki masa kejayaannya menjadi HP paling diminati oleh masyarakat dunia.
Pasalnya pada saat itu, Blackberry telah dilengkapi dengan keyboard qwerty sehingga membuat setiap pengguna akan lebih cepat saat mengetik pesan.
Blackberry juga telah dilengkapi dengan fitur internet dan Blackberry Messenger (BBM) sehingga membuat orang-orang menggemari ponsel ini dibanding merk pesaing pada saat itu yang belum memiliki fitur serupa.
Namun kini, siapa sangka Blackberry atau yang lebih kerap disapa BB ini kini bagai hilang di telan bumi.
Kira-kira apasih yang membuat Blackberry gagal bersaing dengan merk-merk Hp lain atau bahkan merk-merk pendatang baru yang banyak beredar sekarang?
Setelah diteliti secara mendalam, ternyata semuanya berawal dari diluncurkannya Iphone pada tahun 2007 silam. Tetapi Bos Blackberry bersifat bodoh amat dan tidak menghiraukan hal tersebut pada saat itu.
Alhasil seiring berjalannya waktu, penjualan Blackberry pun terus menurun sementara penjualan iOS dan Android terus meningkat meninggalkan Blackberry.
Lebih lanjut, fitur BBM yang pada awalnya dibangga-banggakan oleh semua orang pun harus tumbang dengan WhatsApp milik Iphone.
Blackberry tidak sadar kalau konsumen di pasaran ternyata lebih senang menggunakan Hp dengan teknologi layar sentuh (touchscreen), tidak seperti Blackberry yang masih menggunakan keypad.
Jika dirangkum secara singkat, berikut kemungkinan yang menjadi alasan utama kenapa Blackberry gagal bersaing;
- Tidak peka dengan tren yang akan disukai oleh konsumen
- Terlalu fokus dengab konsumen yang dimiliki sehingga kurang bersaing mendapatkan konsumen baru
- Tertalu percaya diri dengan sistem keamanan, kurang mau berinovasi dengan sistem baru