Ilustrasi Murid Jepang |
Cek Perbedaan Sistem Pendidikan Indonesia dan Jepang!
Pendidikan, Seruan.id – Negara Jepang merupakan salah satu negara dari Benua Asia yang masuk dalam deretan negara paling disegani di Asia, termasuk Eropa dan dunia.
Negara yang dikenal dengan sebutan Nippon ini juga memiliki keunikan dan kecanggihan teknologi yang sudah menjamur hampir seluruh penjuru dunia. Terlebih dalam sistem pendidikannya, Jepang berhasil menerapkan sistem pendidikan yang patut dicontoh oleh negara-negara asing, termasuk Indonesia.
Selain dikenal dengan kecanggihan teknologi, sistem pendidikan yang bagus, Jepang juga dikenal memiliki pakaian khas yang unik, kebudayaan, hingga makanan yang semua negara pasti tahu.
Maka tak heran, kenapa banyak orang-orang dari seluruh penjuru negeri yang berlomba-lomba untuk menempuh pendidikan tinggi disana. Indonesia sendiri juga demikian, banyak anak muda Indonesia yang berkeinginan bisa sekolah disana, sebagai contoh, sobat Seruan.id pasti tahu Jerome Polin bukan?
Lantas apasih yang membedakan sistem pendidikan Indonesia dengan Jepang?
Kita mulai dari cara belajarnya, di Indonesia siswa maupun siswi dari tingkat SD hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) selalu dihadapkan dengan cara belajar menghafal (hafalan, hafalan, dan hafalan).
Padahal murid-murid di Jepang, diajarkan untuk bisa berpikir kritis dalam kegiatan belajar mengajar. Berbeda sekali ya.
Di Indonesia, pada umumnya sekolah (proses belajar mengajar) dimulai pada pukul 07.00 hingga pukul 13.00. Sementara di Jepang jam belajar berlangsung dimulai dari pukul 08.00 hingga pukul 15.00, jika dibandingkan jam belajar di Indonesia lebih sedikit sih.
Cara penilaian guru. Di Indonesia dalam memberikan penilaian, guru cenderung melihat faktor individu murid-muridnya. Berbeda dari Indonesia, siswa Jepang yang berhasil naik kelas adalah mereka yang memenuhi nilai ulangan dan kemampuan tanpa memandang individu.
Dalam keseharian, kita sering melihat banyak sekali murid-murid di Indonesia yang membawa kendaraan roda dua, bahkan ada juga yang membawa kendaraan roda empat ke sekolah.
Siswa di Jepang mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga tingkat atas dilarang keras menggunakan kendaraan bermotor, baik itu roda dua atau roda empat ke sekolah mereka.
Hubungan guru dengan murid di Indonesia sangat kental dan cair, kadang mereka seperti teman akrab, ya walaupun dengan batasan-batasan tertentu. Di Jepang sendiri, murid dan guru itu memiliki hubungan yang sangat kaku, sehingga terlihat seperti bos dan majikannya.
Mata pelajaran di dunia pendidikan Indonesia dan Jepang itu sebenarnya sama saja. Namun yang membedakan adalah di Indonesia semua siswa diharapkan atau dituntut untuk bisa menguasai seluruh mata pelajaran sehingga membuat para murid jenuh dan bosan.
Sementara di Jepang hampir mirip seperti yang ada di Eropa dan Amerika Utara, Jepang menerapkan sistem belajar dengan menekankan siswa pada keahlian yang ia punya dan kebanyakan di arahkan ke jurusan tertentu yang lebih spesifik.
Kedisiplinan di Indonesia sangat kurang dan sangat susah untuk diterapkan. Terbukti dengan banyaknya kasus guru yang dijebloskan ke penjara, bahkan dipukuli oleh orangtua murid hanya karena anaknya ditebur dan diberi hukuman.
Sedangkan di Jepang, siswa baru boleh mengikuti ujian mata pelajaran pada kelas 4 SD. Selama 3 tahun, para siswa tidak akan dinilai seberapa pintar mereka, tapi mereka difokuskan untuk belajar tatakrama.