Seruan.id – Silvany Austin Pasaribu, diplomat muda
perwakilan Indonesia pada Sidang Umum PBB berhasil menarik perhatian pada saat
menggunakan hak jawabnya terhadap tuduhan Vanuatu mengenai pelanggaran HAM di
Papua.
Sebelumnya diketahui bahwa Perdana Menteri Republik Vanuatu,
Bob Loughman mengungkit mengenai masalah isu pelanggaran HAM yang kerap terjadi
di Papua dalam Sidang Umum PBB.
Austin menegaskan bahwa seharusnya Vanuatu memiliki rasa
malu, akibat terlalu berobsesi dan
berlebihan dalam menyampuri urusan dalam negeri sebuah negara.
“Sangat memalukan bahwa satu negara ini terus-menerus
memiliki obsesi yang berlebihan dan tidak sehat tentang bagaimana seharusnya
Indonesia bertindak atau menjalankan pemerintahannya sendiri,” tegas Austin
pada pembukaan pidatonya pada Sidang Umum PBB.
Austin mengatakan bahwa ia merasa bingung dengan tingkah
sebuah negara yang mencoba menggurui negara lain sementara negara itu sendiri
tidak mengerti mengenai prinsip dasar Piagam PBB.
“Terus terang saya bingung bagaimana bisa suatu negara
mencoba untuk mengajar negara lain, sementara kehilangan inti dari seluruh
prinsip dasar Piagam PBB,” tambahnya.
Menurut Austin, Pemerintah Vanuatu sudah tidak menghormati
kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Indonesia lagi, sebab mereka dengan
lantang menuduh Indonesia sedemikian rupa.
Pada Sidang Umum PBB yang dihadiri oleh perwakilan setiap
negara dari seluruh belahan dunia tersebut, Austin menegaskan bahwa Indonesia
dengan sadar berusaha mempromosikan dan melindungi hak asasi manusia (HAM),
dimana setiap Individu memiliki hak yang sama di bawah hukum.
Seperti kita ketahui, Indonesia yang terdiri dari ratusan
suku bangsa yang beragam dan memiliki budaya yang multikultural dengan ribuan
suku, ratusan bahasa daerah yang tersebar pada lebih dari 17.400 pulau-pulau
tetap berkomitmen terhadap hak asasi manusia.
“Kami menghargai keragaman, kami menghormati toleransi dan
setiap orang memiliki hak yang sama di negara demokrasi terbesar ketiga dunia
ini,” jelasnya.
Pada pidatonya itu, Austin juga turut mengutip kata-kata
orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo yang terlebih dahulu
memberikan pidatonya pada Sidang Umum
PBB, beberapa hari yang lalu, untuk melakukan pendekatan “win-win solution”
untuk menjalin hubungan antar negara.
“Memang seruan seperti itu digaungkan oleh para pemimpin
dunia sepanjang pekan ini, tetapi negara ini memilih sebaliknya,” tegas Austin.
“Pada saat krisis besar kesehatan dan ekonomi, mereka lebih
memilih untuk menanamkan permusuhan serta menabur perpecahan dengan memandu
advokasi mereka untuk separatisme dengan perhatian masalah hak asasi manusia
yang berlebihan,” terang Austin.