Pendidikan, Seruan.id – Sosial media tengah dihebohkan oleh sebuah video yang menunjukkan aksi beberapa mahasiswa yang melakukan perkuliahan, layaknya proses belajar-mengajar biasa di sebuah mall pada Selasa, (22/09/2020 lalu.
Video yang diunggah oleh salah satu mahasiswa yang melakukan aksi tersebut pada akun instagramnya, @duvirohandi mendapat banyak perhatian dari banyak netizen. Terlebih saat video mereka di repost oleh salah satu akun berita @solopunya.
Pada video beredar, terlihat seorang perempuan yang berlagak bak seorang pengampu mata kuliah tengah menjelaskan kepada mahasiswa-mahasiswa yang berjejer di hadapannya.
Hal tersebut direspon oleh mahasiswa yang merekam video tersebut, ia mengatakan bahwa ia sangat senang lantaran bisa kuliah tatap muka lagi.
Namun anyar, bukannya merasa disindir. Pemerintah malah menegur kampus mereka dengan alasan melakukan kerumunan di masa pandemi seperti ini.
Menanggapi teguran tersebut, para mahasiswa menekankan kepada Pemerintah, lantas kenapa mall tetap dibuka meski menimbulkan kerumunan.
Dalam video mereka menyindir pemerintah dimana dengan kuliah di mall banyak kelebihannya. Selain tidak di tutup namun juga bisa memesan makan dan minum sambil belajar.
“Enak dong bisa pesen makan dan minum di kelas baru,” tulis si pembuat video.
Hingga saat ini, video viral tersebut telah disaksikan oleh lebih dari 100 ribu warganet dan mendapat banyak komentar.
Banyak warganet yang mendukung aksi para mahasiswa tersebut, mereka setuju itu sebagai sindiran terhadap pemerintah.
Amirul Ihrom, salah satu mahasiswa yang melakukan aksi, membenarkan kebenaran dalam video tersebut.
Pria berusia 21 tahun tersebut mengatakan bahwa video tersebut sengaja mereka buat untuk menyindir pemerintah.
Ia juga mengatakan bahwa mereka membuat video tersebut di Pusat Perbelanjaan Solo Grand Mall, Surakarta, Jawa Tengah, pada Selasa, (22/09/2020).
“Jadi kita sebagai mahasiswa menyindir kepada pemerintah, mengapa mall dan tempat hiburan dibuka, sedangkan sekolah-sekolah yang mengadakan tatap muka diancam akan ditutup,” terang Amirul.
“Bukannya lebih ramai di tempat hiburan dari pada sekolah?” tambah Amirul.