Ekonomi, Seruan.id – Jelang menghadapi resesi yang
diperkirakan akan dihadapi oleh Indonesia pada awal Oktober mendatang,
sepertinya kita harus memiliki siasat ataupun tips keuangan dalam menghadapinya
agar tidak kelimpungan.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami penurunan (minus) 2,9
persen pada kuartal III 2020.
Adapun pada kuartal sebelumnya, ekonomi Indonesia sudah
mengalami penurunan yang sangat besar yakni, 5,32 persen. Dengan ini, dengan
negatifnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada dua kuartal beruturut-turut maka
Indonesia akan masuk jurang resesi sebagai dampak dari pandemi Covid-19.
Untuk menghadapi resesi ekonomi seperti ini, apa yang
harusnya dilakukan oleh masyarakat?
Dua tips keuangan yang paling dasar untuk menghadapi masalah
ekonomi seperti ini adalah dengan cara menyimpan uang cash sebanyak mungkin dan
menahan diri untuk tidak belanja atau berfoya-foya.
Tips ini sangat dianjurkan untuk setiap orang, terlebih bagi
mereka yang mengalami penurunan penghasilan akibat pandemi yang berkepanjangan.
Cash Is the King
Jargon ini diungkap oleh Ekonom Institute for Development of
Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira untuk menghadapi resesi
ekonomi. Tujuannya, semakin banyak simpanan berbentuk cash maka daya tahan
rumah tangga di tengah resesi akan semakin besar.
“Disarankan simpanan yang bisa dicairkan kapan pun adalah
instrumen terbaik. Kalau deposito yang tenornya sebaiknya deposito kurang dari
12 bulan,” saran Bhima.
Sepemikiran dengan Bhima, Perencana Keuangan dari Advisor Alliance
Group Indonesia, Andy Nugroho menambahi tips dengan menyarankan agar masyarakat
menghindari belanja bersenang-senang. Seperti contohnya membeli barang karena
keinginan, bukan kebutuhan.
“Apabila kondisi kita memang terbatas dalam hal pemasukan
dan dana tabungan, bahkan bila kita mengalami pengurangan penghasilan atau
terkena PHK, maka sebaiknya membelanjakan uang kita hanya untuk kebutuhan yang
benar-benar penting dan diperlukan dulu,” terang Andy sependapat dengan Bhima.
Andy juga menyebutkan beberapa kebutuhan yang tidak bisa
ditunda adalah makanan, tagihan, sampai keperluan sekolah anak.
“Sementara kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya kesenangan
ataupun keinginan, di masa resesi seperti itu sebaiknya ditunda terlebih
dahulu,” tambah Andy.