Opini by: Sevenri Harianja
Untuk mengikuti kelas daring (online), tidak semua
murid/siswa di Indonesia mampu membeli satu buah ponsel untuk masing-masing
anak yang akan mengikuti pembelajaran online. Terlebih bagi mereka yang
memiliki banyak anak dan keadaan ekonomi di bawah rata-rata.
Padahal Presiden Republik Indonesia dengan jelas menyebutkan
Nota Keuangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk Anggaran
Pendidikan Tahun 2020 meningkat sebesar 2,7% dari tahun sebelumnya dengan total
Rp. 505,8 Triliun.
Perlu dipertanyakan anggaran pemerintah untuk pendidikan
kali ini di arahkan kemana dan untuk apa.
Jika dikatakan pemerintah telah menyarankan pihak sekolah
untuk tidak menagih biaya pendidikan berupa uang SPP atau yang lain-lain hingga
taraf Sekolah Menengah Atas dan Sederajat. Saya rasa itu saja tidak cukup dan
tidak efektif.
Bukankah para siswa tidak lagi menggunakan gedung dan
fasilitas sekolah?
Pada saat mengikuti proses belajar mengajar seperti
biasanya, pemerintah maupun pihak sekolah menyediakan banyak fasilitas seperti,
meja, kursi, gedung, beragam lap praktik, bahkan ada banyak sekolah yang
menyediakan fasilitas antar jemput bagi siswa-siswanya berupa Bus Sekolah.
Yang menjadi pertanyaan, kanapa untuk kelas daring (online)
pemerintah sama sekali tidak memberikan fasilitas kepada siswa yang
mengikutinya.
Apakah dengan pihak sekolah memberi meeting room pada aplikasi
zoom ataupun google meet itu bisa dikatakan fasilitas?
Jika tidak bisa memberikan satu buah Smartphone kepada
setiap siswa, terlebih kepada mereka yang status ekonominya kelas menegah
kebawah. Sepertinya memberi subsidi kepada mereka kurang mampu bisa
dipertimbangkan.
Saya selaku masyarakat biasanya terpikir untuk menuliskan
opini ini. Sebab saya melihat banyak pemberitaan yang beredar dan
memperlihatkan bagaimana orangtua dari mereka, siswa/murid yang kurang mampu
harus berkorban lebih demi mendapatkan sebuah Smartphone untuk anak-anaknya
agar bisa mengikuti kelas daring.
Terakhir saya sempat membaca sebuah artikel dari media yang
cukup besar di Indonesia, yang memperlihatkan perjuangan orangtua yang terpaksa
harus jual kambing milik mereka demi beli ponsel untuk anaknya yang harus
mengikuti kelas online.
Ada juga orangtua yang terpaksa harus mengutang untuk
membeli kuota dan meminjam HP tetangga agar anaknya bisa hadir pada kelas
online.
Selain itu, banyak anak-anak yang rela membongkar tabungan miliknya
untuk membeli ponsel berhubung orangtunya tidak memiliki uang yang cukup untuk
membelikannya ponsel agar bisa mengikuti kelas online.