Sibisa, Toba Sumatera Utara
Rabu, 20/05/2020 beredar video yang memperlihatkan beberapa warga desa Sibisa sedang ribut hingga mempertontonkan beberapa ibu sedang beradu fisik menjambak rambut satu sama lain.
Dalam video tersebut juga terlihat seorang pria menggunakan baju putih terlihat sedang melerai agar keributan tidak berkepanjangan. Pria yang diketahui adalah seorang aparat desa di Pemerintahan Desa Parsaoran Sibisa tersebut terlihat sedang melerai dan memisahkan ibu-ibu tersebut.
Namun menurut pengakuan dan keterangan si anak dengan inisial MNN dalam unggahan videonya di media sosial, mengatakan bahwa ibunya dikeroyok oleh beberapa warga desa Sibisa dan dibantu oleh aparat desa yang menggunakan baju putih tersebut.
“Jolma naso marotak-otak do sude on. Dang aparat dang kepala desa, sarupa sude akka jolma naso berpendidikan. Holan alani rakus akka binatang on. I pukuli hamu dohot di hajar hamu omak ki dah. Apalagi na marbaju putih on, hera boru-boru babanan, sok jago sude. Kekerasan terjadi. Dimana hukum di Sibisa ini? Boa ma tahe di Sibisa so adong hukum dohot aturan. Setelah kepala desa ganti, sibisa jadi hancur. Dang mahua omak kan?”
“Dasar manusia tidak punya otak. Ngak aparat desa, kepala desa juga, sama semua tidak punya pendidikan. Hanya karena kerakusan, para binatang ini memukul dan menghajar ibuku. Apalagi yang memakai baju putih ini persis seperti perempuan mulutnya, sok jago semua. Kekerasan terjadi. Dimana hukum di Sibisa ini? Tapi mau gimana lagi, di Sibisa ini emang tidak punya hukum dan aturan. Setelah kepala desa ganti, sibisa jadi hancur. Ibu tidak apa-apa kan?” terang MNN pada unggahan videonya seraya menandai ibunya dalam unggahan tersebut berharap video tersebut viral.
Diketahui permasalahan tersebut bermula dari masalah hak atas kepemilikan tanah yang sudah berlangsung sejak lama seperti penjelasan dari salah satu dari anak korban berinisial RDN.
“Kekerasan yang dilakukan oleh para warga kepada orangtua saya H. Br. Situmorang di Sibisa Kec. Ajibata, Kab. Toba, Sumut. Persoalan ini bermula dari sebidang tanah yang mereka sebut bahwa tanah itu milik mereka. Padahal tanah tersebut adalah milik kami dan sudah lama kami tanami/kami kerjai dari nenek moyang kami dan tanah tersebut sudah kami urus akan tetapi aparat desa tidak mau meresmikan. Begitu juga surat tanah yang lainnya aparat desa juga tidak mau menandatanganinya. Tanah tersebut malah diwibahkan kepada HKBP. Saya bermohon sebesar-besarnya kepada Kapolda Sumut dan Kapolri agar menindak tegas kelakuan mereka kepada orangtua saya dan mereka juga berusaha merampas HP saya dengan kemauan agar video tersebut saya hapus. Saya mohon agar Kapolda Sumut dan Kapolri menindak tegas permasalahan ini” terangnya seraya membagikan video tersebut ke media sosial.
Hal ini tentu mendapat sorotan dan perhatian yang sangat ramai di media sosial, terutama warga desa Sibisa yang sangat menyayangkan kejadian tersebut karena bisa mencoreng nama baik desa mereka.
“Harus beginikah? Tidak bisa dibicarakan denhan baik-baik. Mohon bantuannya pihak yang berwajib” tulis salah seorang warga berinisial UR turut membagikan video tersebut.
“Kiranya segera terselesaikan permasalahan ini, agar kebenaran tetap dijunjung tinggi” tulis JS berharap kebenaran video ini segera terselesaikan.
“Bikin malu! Sudah orangtua kenapa kelakuan seperti ini. Lapor saja, kita negara hukum. Semuanya nanti akan terciduk jangan takut. Bikin malu” tambah RY mengecam perilaku kekerasan tersebut.
Video keributan memperebutkan tanah ini pun sudah beredar luas di media sosial dan mendapat banyak tanggapan dari masyarakat luar maupun masyarakat desa Sibisa.
Terakhir, unggahan video tersebut telah mendapatkan 1.774 like, 7.513 komentar, dan dibagikan sebanyak 2.979 kali di media sosial Facebook.