Dalam pengecualian jika emisi gas rumah kaca turun, banyak orang akan merasakan suhu rata-rata lebih panas dari 29°C.
Ini dianggap diluar perkiraan iklim dimana manusia telah berkembang selama 6000 tahun terakhir.
Rekan penulis penelitian Tim Lenton mengatakan kepada BBC, "Studi ini diharapkan menempatkan perubahan iklim dalam keadaan yang lebih manusiawi."
Jika pemanasan global menyebabkan suhu naik 3°C, sejumlah besar orang akan hidup dalam suhu yang dianggap hampir tidak dapat ditinggali.
Lenton, spesialis iklim dan direktur Global Systems Institute di University of Exeter, melakukan penelitian dengan para ilmuwan dari Cina, AS, dan Eropa.
Dia mengatakan kepada BBC, "Tanah itu memanas lebih cepat dari pada lautan sehingga tanah itu memanas lebih dari tiga derajat. Pertumbuhan populasi diproyeksikan berasa di tempat-tempat yang sudah panas, sebagian besar sub-Sahara Afrika, sehingga meenyebabkan suhu semakin panas."
Wilayah-wilayah yang diproyeksikan akan terpengaruh meliputi Australia Utara, India, Afrika, Amerika Selatan, dan sebagian Timur Tengah.
Studi ini tentunya menimbulkan kekhawatiran bagi orang-orang di daerah yang lebih miskin, yang tidak dapat berlindung dari panas.
"Bagi saya, penelitian bukan tentang orang kaya yang bisa memasuki ruang ber-AC, dan melindungi diri dari apapun. Kita harus peduli terhadap mereka yang tidak dapat berlindung dari cuaca dan iklim yang ekstrim," kata Lenton.
Pesan utama dari hasil penelitian tim adalah bahwa membatasi perubahan iklim dapat memiliki manfaat besar dalam hal mengurangi jumlah orang yang diproyeksikan jatuh dalam iklim tersebut.