(Gambar: techspot.com)
Oleh: Falina Alifya
(Ilmu Administrasi Publik Universitas Andalas)
Kalau andalkan belajar online di kota, kami di pedalaman tidak bisa
"Hanya Pendidikan yang bisa menyelamatkan masa depan. Tanpa pendidikan, Indonesia tak mungkin bisa bertahan."
-Najwa Shihab-
Pendidikan adalah pembelajaran tentang pengetahuan, ketrampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pendidikan biasanya dilakukan di sekolah/kampus yang dibimbing oleh seorang guru atau dosen. namun pada hakikatnya pendidikan juga bisa dilakukan diluar lembaga formal, seperti di rumah secara otodidak. Dalam UU No. 2 Tan 1985 menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya, "memanusiakan manusia". Berdasarkan MPRS No. 2 Tahun 1960 Pendidikan bertujuan membentuk pancasialis sejati sesuai ketentuan yang telah tercantum dalam pembukaan dan isi UUD 1945. Pentingnya pendidikan juga diatur dalam pasal 31 tentang wajib belajar selama 12 tahun, yang dibiayai oleh pemerintah sepenuhnya.
Namun sangat di sayangkan, setelah hinggapnya Corona di dunia ini terkhusus di Republik Indonesia proses pendidikan yang seyogianya dilaksanakan secara inklusif dan terbuka, namun saat ini telah mengalami transformasi, dimana kegiatan pendidikan dilakukan melalui via daring atau dikenal dengan "pembelajaran jarak jauh (PJJ)". Pembelajaran melalui via daring dilaksanakan dalam rangka menjalankan program phisycal distancing yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan diiringi dengan keluarnya surat edaran menteri pendidikan Nomor 369632/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara daring. Pembelajaran jarak jauh dilaksanakan melalui beberapa aplikasi yang seperti zoom, e-learning, Skype, classroom, WhatsApp, teams, dll.
Dalam pembelajaran daring ini tidak cukup hanya dengan menyiapkan infrastruktur berupa jaringan dan platform aplikasi, namun ada yg lebih urgensi yaitu kesiapan sumber daya manusia (SDM) dan para pelajar. (detikNews.com). Tidak menutup mata pembelajaran jarak jauh ini begitu memberatkan baik bagi para pengajar maupun siswa mulai dari tingkat dasar sampai dengan tingkat perguruan tinggi.
Banyaknya kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran secara daring, diantaranya sebagai berikut:
1.Masih banyak guru terutama di daerah pedesaan yang belum mahir dalam mengoperasikan smartphone maupun laptop sehingga hal ini sangat berdampak terhadap keefesienan dalam belajar. Penulis mengatakan demikian karena banyak guru yang hanya memberikan tugas kepada siswa dengan kapasitas yang cukup banyak, sehingga membuat siswa kewalahan hal ini jelas disebabkan karena ketidakmahiran guru dalam menggunakan teknologi oleh karena itu siswa tidak mendapatkan penjelasan materi secara langsung dari guru, imbasnya kualitas pendidikan semakin anjlok. Sindownews.com menegaskan, di media sosial, banyak yang mengeluh bahwa guru hanya memberi tugas dan merangkum materi tanpa ada penjelasan secara komprehensif terkait bahan ajar yang disampaikan untuk memastikan bahwa peserta didik memahami betul materi yang disampaikan.
2.Sulitnya akses internet, Akses internet juga merupakan salah satu Kendala yang dihadapi oleh siswa dan mahasiswa serta juga tenaga pengajar. Banyak siswa yang harus mencari jaringan internet ke suatu tempat yang lumayan jauh dari rumahnya, sehingga hal ini sangat merepotkan dan bisa jadi membawa malapetaka bagi siswa dan mahasiswa. Salah satu contohnya: dalam postingan Instagram @masukkampus_news, mahasiswa Unhas yang meninggal dunia akibat mencari akses internet beliau jatuh dari lantai 2 mesjid.
3.Banyak siswa yang tidak memiliki gadget sebagai sarana dalam pelaksanaan kuliah daring CNN Indonesia menegaskan, namun persoalannya tidak semua murid memiliki gadget, sehingga proses pembelajaran pun terkendala. Salah satunya terjadi di SMPN 2 Cibarusah di Kabupaten Bekasi. Imbar, selaku Kepala sekolah mengatakan siswa nya banyak berasal dari ekonomi yang lemah, hanya sedikit dari mereka yang memiliki gadget atau teknologi untuk belajar dari rumah.
4.Besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian kuota internet. Pembelajaran secara daring tentunya membutuhkan banyak kuota, sehingga banyak siswa dan mahasiswa yang merasa keberatan. Coba bayangkan nasib para saudara kita yang memiliki ekonomi menengah kebawah, untuk memenuhi kuota perut aja susah, ditambah lagi dengan kuota internet.
Bapak Menteri yang terhormat bagaimanakah solusi terkait berbagai kendala yang dihadapi para intelektual dan juga para pengajar di tengah pandemi ini? Apakah mungkin semua ini dibiarkan berlalu begitu saja tanpa adanya mekanisme yang jelas? Bukankah siswa dan mahasiswa satu-satunya harapan bangsa? Untuk itu bapak Mentri yang terhomat alangkah baiknya jika diberikan langkah mitigasi untuk mengatasi problematika dalam proses pembelajaran jarak jauh ini, Adapun upaya lain untuk mengatasi problematika tersebut bisa dilakukan dengan mengubah Roadmap pembelajaran jarak jauh, sehingga proses pembelajaran bisa terlaksana dengan efektif dan efesien.
Dalam Instagram pribadinya @nadiem makarim, pak Nadiem mengatakan penyelamatan ekonomi sekolah ditengah pandemi ini dinilai lebih penting. "Yang darurat adalah dalam sekolah sendiri, Bagaimana yang penting apakah ekonomi sekolah dan kebutuhan paket terpenuhi," menurut penulis, ini memang salah salah satu upaya yang baik dalam proses pjj, tapi apakah bapak bisa memastikan pendistribusian dana tersebut sudah merata, kemudian apakah dana tersebut cukup untuk membiayai semua fasilitas pendidikan jarak jauh yang dibutuhkan diseluruh tanah air?
Semua bantuan dana yang diberikan, akan terkesan sebagai pencitraan semata jika masih banyak para siswa, guru yang mengeluh karna masih banyak siswa yang mengalami kendala dalam melakukan pembelajaran via daring. Kita tidak bisa hanya menilai beberapa daerah untuk dijadikan sampel sebagai bukti pembelajaran jarak jauh telah berjalan dengan maksimal. Karna negara Indonesia memiliki banyak daerah yang mana kondisi dan aksesibilitas disetiap daerah tidaklah sama.
Yang menjadi prioritas utama pemerintah adalah harus memusatkan perhatianya apakah pembelajaran jarak jauh ini sudah terlaksana secara keseluruhan, jika pembelajaran yang berbasis digitalisasi ini dipraktekkan secara nasional jangan sampai ada para intelektual, yakni anak-anak bangsa yang tidak memperoleh hak pendidikannya dikarenakan masih banyak daerah di pelosok tanah air yang tidak memiliki fasilitas yang mendukung.
Menurut survey PJJ yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) terhadap 1.700 siswa di 20 provinsi dan 54 kabupaten atau kota, ditemukan beberapa kendala penerapan PPJ daring. 77,8% responden terkendala dengan tugas yang menumpuk, 42,2% terkendala dengan beban kuota internet, 37.1% terkendala terhadap waktu pengerjaan tugas yang sempit, dan 15,6% terkendala oleh akses fasilitas komunikasi.
Tidakkah terlintas dibenak kita, impact dari semua problematika ini? Nah penulis ingin sedikit berbagi tentang akibat dari problematika yang tengah dialami oleh siswa dan mahasiswa tersebut. Adanya problematika dalam pembelajaran jarak jauh ini akan menyebabkan angka putus sekolah semakin meningkat terutama di daerah 3T, penulis mengatakan demikian seperti yang telah dijelaskan diatas, tidak semua siswa dan mahasiswa yang memiliki fasilitas dalam rangka pembelajaran daring, dan akhir cerita jika hal ini tidak ditangani dengan serius oleh mentri pendidikan dan pemerintah maka tidak menutup kemungkinan potensi putus sekolah akan lebih meningkat ditengah pandemi ini.
Tempo.co menegaskan, jumlah anak-anak bangsa yang putus sekolah pada tahun 2019 mencapai 4.586.332, hal ini sangat menyayat hati betapa banyak para generasi muda bangsa yang tidak melanjutkan pendidikannya, besar harapan agar tingkat putus sekolah di indonesia semakin menurun. Jangan sampai karena ulah ketidakseriusan pemerintah dalam memperhatikan proses pembelajaan jarak jauh menyebabkan angka putus sekolah semakin meningkat.
Dengan adanya kekhawatiran yang sangat mendalam tentang bagaimana nasib pendidikan bangsa untuk kedepanya, penulis sangat berharap kepada Bapak Mentri Pendidikan untuk segera memberikan mitigasi dalam rangka memaksimalkan proses pembelajaran daring, hal ini juga demi menjaga kualitas pendidikan Indonesia ditengah pandemi. Sangat besar harapan kita agar proses pembelajaran jarak jauh dapat terlaksana dengan baik dan tingkat putus sekolah di tanah air Indonesia ini semakin berkurang.