Pandemi covid-19 yang dihadapi saat ini tengah menyerang seluruh penjuru dunia. Dampak covid-19 menyebabkan permasalahan besar tidak hanya dalam bidang kesehatan, tetapi juga perekonomian global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyatakan bahwa labih dari 100 negara di dunia melakukan travel ban dan border shutdown. Hampir 200 negara menutup sekolah, untuk mengurangi penyebaran covid-19. Di Amerika Serikat hampir 1000 pesawat berhenti beroprasi selama tahun 2020.
Sri mulyani juga mengungkapkan potensi pendapatan penerbangan yang hilang tahun ini mencapai US$ 314 miliar karena 240.000 penerbangan yang dibatalkan di seluruh dunia.
Badan Pusat statistik mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2020 hanya mencapai 2,97 %, lebih rendah dari proyeksi pemerintah sebelumnya sebasar 4,6 %.
Penyebaran Covid-19 meruntuhkan perekonomian hampir seluruh negara. Banyak yang memprediksi bahwa prekonomian global pada kuartal pertama tahun 2020 akan mengalami kontraksi, ungkap Kepala BPS Suhariyanto.
Buktinya di Indonesia, baru beberapa bulan pandemi covid-19 berlangsung bahkan belum mencapai puncaknya, perekonomian Indonesia sepanjang kuartal I 2020 hanya tumbuh 2,97%. bebrapa faktor yang menyebakan yaitu akibat anjloknya konsumsi masyarakat.
Staf Khusus Menteri Keuangan bidang Kebijakan Fiskal dan Makro ekonomi Masyita Crystallin mengungkapkan, kinerja pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun akan terimbas perubahan pola konsumsi masyarakat yang cukup drastis.
Kebutuhan pokok merupakan prioritas utama masyarakat saat ini. Diperkirakan masyarakat hanya fokus terhadap pengeluaran pada bahan kebutuhan pokok, sehingga pengeluaran yang tidak prioritas akan terus tertekan. Dengan kata lain, konsumsi yang terus terjaga adalah makanan dan minuman selain restoran, serta jasa kesehatan yang proporsinya mencapai 44% dari konsumsi rumah tangga.
Sepanjang kuartal I 2020, kontraksi terdalam terjadi pada konsumsi pakaian dan transportasi, yaitu -3,29% dan -1,81%. Konsumsi restoran dan hotel juga turun meski tidak minus, yaitu 5,64% menjadi 2,39%. Kontraksi pada tiga konsumsi skunder ini sejalan dengan kebijakan physical distancing dan pengurangan aktivitas penduduk.
Diperkirakan, seiring dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kontraksinya akan makin dalam di kuartal II 2020.
Di sisi lain, perlambatan juga terlihat pada Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi yang hanya tumbuh 1,7% melambat dari 5,03%. Selain investasi swasta, investasi pemerintah pun akan mengalami kontraksi sepanjang tahun ini. Penyebabnya, dana proyek infrastruktur yang dialihkan pada penanganan pandemi Covid-19.